Minggu, 23 Desember 2012

Karya Ilmiah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang
    Pada masa sekarang ini, perkembangan teknologi modern semakin pesat. Otomatisasi serta segala macam perangkat elektronika sudah semakin menguasai zaman. Sehingga tidak mengherankan kalau ada yang mengatakan bahwa peran elektronik sangat diperlukan dalam kehidupan pada saat ini. Akan tetapi semua kemajuan teknologi itu tergantung tujuan dan kepentingan, mengapa dan kenapa kecanggihan itu dibangun.
    Alarm Lemari Es ini adalah suatu alat yang dapat membantu memperingatkan seseorang yang telah membuka pintu lemari es terlalu lama dan sudah seharusnya pintu itu ditutup kembali setelah adanya nada peringatan. Alarm ini didasarkan pada sebuah resistor peka cahaya (LDR). Apabila  LDR terkena cahaya kemudian rangkaian diaktifkan dan nada peringatan akan berbunyi sampai LDR tidak terkena cahaya kembali.

1.2    Batasan Masalah
      Pada penulisan ini, penulis membatasi permasalahan hanya pada cara kerja darirangkaian beserta komponen yang tertera pada skema lengkap Alarm Lemari Es danpengoperasian dari Alarm Lemari Es tersebut.

1.3  Tujuan penulisan
    Tujuan dari penulisan ini adalah menjelaskan mengenai suatu Alarm Lemari Es,
yang fungsinya adalah agar pendingin yang terdapat di dalam lemari es tidak terbuang percuma karena pintu lemari es terbuka terlalu lama.

1.4    Metode penulisan 

    Data-data ini yang dipergunakan dalam pembuatan Alarm Lemari Es didapat dari berbagai sumber diantaranya, yaitu:
a. Studi Pustaka, yaitu dengan mengambil data yang berasal dari berbagai sumber buku yang mana buku tersebut dijadikan sebagai suatu pedoman acuan dalam penulisan ini.
b. Konsultasi, yaitu bertanya tentang bagaimana cara merakit Alarm Lemari Es tersebut serta menganalisa cara kerja dari rangkaian tersebut.

1.5 Sistematika Penulisan
    Pada penulisan ilmiah ini penulis secara sistematik membagi menjadi beberapa
bab yaitu:
 

BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai latar belakang, batasan masalah, tujuan, metoda penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI
Menjelaskan mengenai teori-teori dasar dari komponen yang digunakan dalam rangkaian.

BAB III CARA KERJA RANGKAIAN
Membahas mengenai cara kerja dari rangkaian secara diagram blok dan menganalisis rangkaian secara detail.

BAB IV UJI COBA ALAT
Membahas mengenai cara penggunaan dari alat atau rangkaian yang dibuat serta menjelaskan hasil uji coba rangkaian.

BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.


BAB II
LANDASAN TEORI
    Untuk mengetahui karakteristik dari setiap rangkaian yang digunakan pada rangkaian “Alarm Lemari Es” ini, maka diperlukan adanya teori yang dapat membantu agar suatu rangkaian dapat bekerja dengan baik, sehingga di dapat hasil yang maksimal. Komponen yang digunakan dalam rangkaian “ Alarm Lemari Es “ adalah sebagai berikut :
 
2.1 Pengetahuan tentang komponen
    Pada bagian ini akan dibahas mengenai komponen-komponen yang digunakan dalam pembuatan alat tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut :

2.1.1. Resistor
    Resistor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menghambat arus listrik.
Resistor dapat dibagi dua, yaitu :
1. Resistor tetap adalah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap dan
mempunyai batasan kemampuan daya tertentu misalnya : 1/16 watt, 1/8, 1/4, 1/2, 1, 5 watt dan sebagainya.
2. Resistor tidak tetap adalah resistor yang memiki nilai hambatan yang dapat diubah-ubah, jenisnya antara lain trimpot dan potensiometer.

2.1.2. Kapasitor
    Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menyimpan dan melepaskan muatan listrik. Kemampuan kapasitor untuk menyimpan muatan listrik disebut dengan kapasitansi atau kapasitas kapasitor.

1. Kapasitor tetap
       Komponen ini memiliki nilai kapasitansi yang tetap. Kapasitor dibedakan dari bahan yang digunakan sebagai lapisan diantara lempengan-  lempengan logam yang disebut dielektrikum. Bahan tersebut dapat berupa keramik, mika, milar, kertas, polyster ataupun film. Pada umumnya kapasitor yang terbuat dari bahan diatas nilainya kurang dari 1 mikro Farad (F). Satuan kapasitor adalah Farad dimana 1 Farad = 103 mF = 106 F = 109 nF = 1012 pF.
Untuk mengetahui besarnya nilai kapasitas atau kapasitansi pada kapasitor dapat dibaca melalui kode angka pada bahan kapasitor tersebut yang terdiri dari 3 angka.
Contoh : pada bahan kapasitor tertulis angka 103 artinya nilai kapasitas dari kapsitor  tersebut adalah 10 x 103 = 0,01 F.
Kapasitor tetap memiliki nilai lebih dari satu atau sama dengan 1 mikro Farad adalah kapasitor elektrolit (elco) yang bahan dielektrikumnya terbuat dari cairan elektrolit.
Kapasitor ini memiliki polaritas (memiliki kutub negatif (-) dan positif (+)) dan biasa disebutkan tegangan kerjanya, misalnya 100 F 16 V artinya elco memiliki kapasitas 100 mikro Farad dan tegangan kerja tidak boleh melebihi 16 Volt.

2. Kapasitor tidak tetap
    Kapasitor tidak tetap adalah kapasitor yang memiliki nilai kapasitansi atau kapasitas yang dapat diubah-ubah. Kapasitor tidak tetap ini dibedakan menjadi dua yaitu Kapasitor Trimer dan Variabel kapasitor (Varco).

2.1.3 IC CMOS 4093
     IC yang kita gunakan pada rangkaian ini adalah IC 4093, IC tersebut berjenis CMOS (Complementer Metal Oxide Semiconductor). IC CMOS banyak digunakan pada instrument-instrumen elektronik karena dilihat dari keunggulan teknologinya dibandingkan dengan jenis IC lainnya.IC CMOS 4093 ini merupakan penyulut Schmitt gerbang NAND yang mempunyai 2 input jalan masukkan. IC ini terdiri dari 4 buah penyulut Schmitt. Pada prinsipnya IC CMOS 4093 dan IC TTL mempunyai dasar pengertian yang sama, kedua IC ini mempunyai gerbang yang sama yaitu terdiri dari 4 gerbang NAND 2 masukkan. Gerbang NAND merupakan gerbang AND yang di NOT kan, sehingga output NAND menjadi kebalikan dari output AND. Salah satu kelebihan IC CMOS adalah konsumsi dayanya rendah sehingga cocok dipakai pada  peralatan elektronik yang menggunakan battere. Sedangkan kekurangannya IC CMOS tidak tahan muatan-muatan statis sehingga IC jenis ini memerlukan penanganan yang lebih hati-hati dari IC jenis lain. Kelebihan IC TTL ialah lebih tahan terhadap gangguan luar seperti muatan statis, hanya saja IC TTL ini membutuhkan daya yang relative besar sehingga kurang cocok dipakai pada peralatan yang memakai battere sebagai catu dayanya. Level penyaklar IC CMOS merupakan fungsi dari tegangan catuan. Makin tinggi catuan tegangan makin besar tegangan yang memisahkan antara keadaan 1 dan 0, ini merupakan keuntungan tersendiri karena rangkaian menjadi tahan terhadap desah level tinggi. Dalam rangkaian, semua masukkan CMOS harus dibumikan atau dihubungkan ke tegangan catuan, tidak seperti rangkaian TTL yang dapat beroperasi walaupun ada beberapa masukkan yang diambangkan. IC CMOS ini akan beroperasi secara salah jika ada masukkan yang tidak dihubungkan.

2.1.4 Buzzer
    Buzzer akan memberikan keluaran dari rangkaian berupa suara dengungan pada rangkaian yang beroperasi. Buzzer juga merupakan salah satu alat yang dapat membangkitkan suara apabila diberi tegangan, sama halnya dengan speaker, tetapi buzzer ini hanya dapat mengeluarkan suara yang kecil dan melengking saja, sedangkan speaker bisa mengeluarkan suara dari kecil sampai suara yang besar.

2.1.5. Baterai
   Baterai pada rangkaian "Alarm Lemari Es " ini berfungsi sbg pensuplay tegangan DC dan dapat disimbolkan sebagai berikut. :


BAB III
ANALISA RANGKAIAN

3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram
      Pada blok input, input yang masuk adalah berupa cahaya lampu atau matahari yang pada intinya memberikan penerangan pada LDR, dengan adanya cahaya yang jatuh pada LDR maka rangkaian akan beroperasi. Rangkaian ini membutuhkan sumber tegangan yaitu berupa Cahaya, dikarenakan rangkaian ini menggunakan sensor cahaya sebagai hambatannya. Rangkaian dapat bekerja selain mendapatkan sumber cahaya juga diperlukan sumber tegangan DC sebesar 9 volt. Selain menggunakan sensor cahaya, rangkaian ini juga dapat menggunakan sakelar sebagai penghubung dan pemutus tegangan. Sehingga rangkaian dapat bekerja apabila sakelar dalam kondisi on, dan rangkaian akan berhenti bekerja jika sakelar dalam kondisi off.

    Pada blok pengatur sensivitas, cahaya yang telah berubah menjadi suatu besaran tegangan yang disebabkan oleh LDR akan membangkitkan sinyal yang terhubung dengan resistor R1 dan potensiometer P1 sebagai pengatur sensivitas kepekaan dari LDR, jika resistansi dari potensiometer dikurangi maka kepekaan LDR terhadap cahaya akan menurun dan apanila resistansi dari potensiometer P1 ditambah maka kepekaan LDR terhadap cahaya akan meningkat. Sehingga apabila dibutuhkan kepekaan atau reaksi dari rangkaian yang cepat maka resistansi pada potensiometer diperbesar agar pada saat LDR menerima cahaya, maka rangkaian akan langsung bekerja dan mengeluarkan bunyi yang dikeluarkan oleh buzzer.
 
    Sedangkan pada blok penunda, resistor R3 dan kapasitor C4 adalah sebagai konstanta waktu yang akan berfungsi sebagai waktu tunda sekitar 3-10 detik antara beroperasinya LDR dengan buzzer, untuk mendapatkan waktu tunda yang kita inginkan kita bisa mengganti nilai dari resistor R3, jika kita menginginkan reaksi rangkaian yang lebih cepat harga resistor R3 harus kita turunkan misalnya dari 1 M menjadi 220 K, dan apabila kita menginginkan reaksi yang lambat dapat kita tambah nilai dari resistor R3 menjadi lebih tinggi.

    Pada blok pembangkit denyut rentetan denyut yang masuk melalui IC 4093 dari gerbang N1 (kaki 5) yang berasal dari R3 dan berisolasi pada frekwensi beberapa hertz. Dan setiap denyut persegi yang timbul pada keluaran inverter (pena3) akan menghidupkan N3 dan membangkitkan rentetan denyut dengan frekwensi beberapa kilohertz. Secara terus menerus hingga menghasilkan keluaran yang dihasilkan oleh gerbang N4 (kaki 11).dan mengakibatkan buzzer piezo membangkitkan suatu nada. Sebelum rentetan denyut dari N3 (pena10) masuk ke N4 (pena12-13) denyut frekwensi terlebih dahulu melewati Potensiometer dan Resistor.  Potensiometer 2 dan R4 disini berfungsi untuk mengatur besar kecilnya nada yang dikeluarkan oleh buzzer, sehingga frekwensi yang nanti akan dikeluarkan melalui buzzer dapat  diatur. Setiap rangkaian yang dibuat pastilah memiliki output dan output yang dihasilkan pada rangkaian ini adalah bunyi yang dihasilkan oleh buzzer yang terjadi karena adanya penguatan keluaran dari gerbang N4 (kaki 11). Disini rangkaian menggunakan buzzer 12 volt. Fungsi buzzer hamper sama dengan speaker, hanya dibedakan dari bentuk dan kualitas suara. Kebanyakan rangkaian yang nantinya berfungsi untuk mengeluarkan suara yang beraneka macam nada menggunakan Loud Speaker. Dilihat berdasarkan blok dan bentuk rangkaian, rangkaian ini hanya mengeluarkan nada yang tinggi, dikarenakan fungsi disini sebagai alarm, maka diperlukan nada yang tinggi dengan frekwensi yang tinggi pula. Apabila kita menggunakan sakelar mikro, rangkaian akan mulai bekerja dan waktu  tunda sekitar 10 detik antara pintu terbuka dan alarm berbunyi yang diperoleh dari konstanta waktu R3C4. Jika diperlukan reaksi rangkaian yang lebih cepat, harga R3 harus diturunkan menjadi 220 kohm. Pada saat ambang N1 dilampaui, gerbang mulai berisolasi pada frekwensi beberapa hertz. Setiap denyut dengan frekwensi beberapa kilohertz. Rentetan denyut tersebut diumpankan ke inverter N4 yang mengakibatkan buzzer piezo membangkitkan suatu nada. Tanpa N2, osilator N3 akan bekerja terus menerus jika N1 tidak disulut; keluaran N1 akan tinggi, dan logika 1 pada pena 8 N3 akan mengakibatkan osilator berfungsi. Inverter N4 bertindak memperkuat keluaran buzzer jika buzzer dihubungkan secara sederhana antara keluaran N3 dan bumi, membrannya akan berpindah dari posisi diam ke suatu sisi. Dengan menghubungkan buzzer pada sebuah inverter, maka polaritasnya secara terus menerus dibolak-balik dan ini mengakibatkan pendobelan tegangan AC yang mengapitnya. Trimpot P2 memberikan pengaturan volume, selanjutnya N3 ditala pada frekwensi resonansi dari buzzer tersebut. Trimpot P1 menentukan kepekaan alarm; makin kecil nilai resistansinya, kepekaan rangkaian akan berkurang.

3.2 Analisa Rangkaian Secara Detail

     Rangkaian Alarm Lemari Es ini menggunakan sumber tegangan 9 V DC, pada saat pintu dibuka cahaya akan masuk dan dengan adanya cahaya yang masuk mengenai LDR maka LDR mulai menghantarkan arus karena resistansinya mengecil. Potensiometer P1 (10 K) mengatur sensivitas cahaya yang masuk kepada LDR. Cahaya yang jatuh pada permukaan LDR sehingga arus yang sudah siap untuk mengeluarkan denyut beroperasi sesuai jalurnya. Pada saat LDR terkena cahaya maka arus yang terbentuk akan langsung menuju IC 4093 yang mengacu pada tegangan ground dan tegangan maksimum dan setelah itu menuju kapasitor C3 yang berfungsi sebagai cadangan arus. Dan pada sisi lain cahaya yang jatuh pada LDR diubah menjadi tegangan yang ditentukan oleh hambatan resistor R1 dan Potensiometer P1 yang dihubungkan secara seri, yang kemudian dikuatkan oleh dioda penyearah D1 dan Potensiometer P2 akan berfungsi sebagai pengatur kepekaan buzzer atau alarm. Input dari IC 4093 gerbang N1 (kaki 5) terbentuk dari resistor R3 dan kapasitor C4 yang membentuk waktu tunda. Jika menginginkan reaksi yang cepat harga R3 harus diturunkan nilainya karena hubungan antara arus dan hambatan adalah berbanding terbalik. Arus ini akan masuk bersama ke IC 4093 bersama dengan kapasitor C1 dari ground yang terhubung dengan resistor R2 dan menuju gerbang N1 (kaki 6). Pada saat inilah terjadi ambang tegangan pada N1 (kaki 5) yang dilampaui, sehingga gerbang mulai berosilasi. Tanpa gerbang N2 osilator N3 akan bekerja terus menerus dengan menyulut gerbang N1 maka keluaran akan menjadi tinggi dan logika 1 pada N3 (kaki 8) kembali berfungsi. Inverter gerbang N4  yang bertindak sebagai penguat buzzer dihubungkan secara sederhana antara N3 dan ground sehingga terjadi perpindahan membrane dari posisi diam menjadi aktif.

BAB IV
UJI COBA ALAT

4.1 Prosedur Uji Coba Alat

      Secara umum langkah-langkah pembuatan alat ini adalah sangat sederhana dan biasa dilakukan oleh orang-orang yang ingin membuat alat khususnya di bidang elektronika. Pertama adalah merakit rangkaian tersebut pada protoboard yang apabila sudah berhasil baru kita membuat jalur rangkaian pada PCB. Untuk itu pada bab ini penulis ingin menguraikan sedikit tentang dan bagaimana cara membuat alat ini hingga bisa menghasilkan output yang baik kemudian bagaimana cara menguji alat tersebut. Langkah-langkah dalam pembuatannya, yaitu :
1. Persiapkan terlebih dahulu keseluruhan dari alat yang digunakan. (lihat daftar komponen yang digunakan).
2. Periksa terlebih dahulukeseluruhan dari komponen yang digunakan, pastikan komponen dalam kondisi yang baik.
3. Persiapkan gambar rangkaian, PCB, dan spidol permanent yang nanti digunakan pada saat membuat jalur pada PCB.
4. Setelah selesai membuat jalur pada PCB, pastikan semua jalur-jalur yang sudah digambar tercetak tebal, agar pada saat dilarutkan tidak mudah putus dan periksa secara teliti apakah ada jalur yang saling bersentuhan.
5. Mulailah melarutkan ke dalam larutan ferrochlorida. Setelah selesai dilarutkan, bersihkan terlebih dahulu PCB.
6. Mulailah dengan pengeboran sesuai dengan tata letak komponennya, pastikan semua letak komponen telah di bor semua.
7. sekarang mulailah dengan meletakkan komponen-komponen diatas PCB yang telah di bor, sesuai dengan letaknya. (lihat gambar rangkaian)
8. Setelah selesai meletakkan komponen sesuai dengan letaknya, mulailah dengan memanaskan solder, kemudian melakukan penyolderan pada kaki-kaki komponen yang telah terpasang.
9. Apabila sudah tersolder semua pada kaki-kaki komponennya, sekarang mulailah dengan menghubungkan rangkaian dengan kabel Baterry, Buzzer, dan untuk sakelar.
10. Setelah selesai semua pastikan kembali, komponen dan kabel sudah terhubung dengan baik dan benar.
11. Mulailah meletakkan rangkaian kedalam box akrilik yang sudah disediakan.
12. Rangkaian siap untuk di uji coba.

    Demikianlah langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam pembuatan Alarm Lemari Es, baik mulai dari cara merancang hingga terbentuknya suatu alat yang nantinya dapat digunakan. Untuk menguji alat tersebut kita harus mengetahui bagian-bagian dari rangkaian terlebih dahulu, agar kita bisa mengetahui fungsi dari masing-masing komponen tersebut. Untuk langkah pengujian alat, rangkaian kita beri tegangan sebesar 9 Volt yang berasal dari battery. Kemudian alat tersebut kita atur sensivitas tegangannya pada LDR dengan memutar potensiometer pada P1, sesnsitivitas pada LDR kita atur supaya LDR akan semakin peka terhadap cahaya yang akan masuk atau yang diterima pada LDR, sehingga LDR akan lebih sensitif apabila terkena cahaya sedikitpun. Untuk pengujiannya rangkaian kita letakkan dekat dengan pintu lemari es, pabila pintu lemari es itu terbuka dan lampu pada lemari es menyala, maka LDR akan mendapatkan cahaya dalam beberapa detik lalu tegangan tersebut diteruskan kedalam rangkaian sehingga rangkaian akan bekerja dan buzzer sebagai output akan mengeluarkan suara. Reaksi ini akan behenti dan rangkaian akan tidak bekerja lagi, apabila pintu lemari ditutup kembali maka LDR tidak terkena cahaya dan rangkaian akan kembali berhenti dan buzzer tidak mengeluarkan suara. Dan apabila kita menggunakan sakelar mikro / saklar pintu. Saklar kita letakkan pada pintu lemari es sehingga cara kerja rangkaian akan tetap sama hanya dibedakan pada LDR dan sakelar yang digunakan. Rangkaian akan bekerja apabila sakelar dalam keadaan on atau sakelar menerima dalam keadaan pintu lemari terbuka, dan rangkaian akan berhenti apabila pintu ditutup kembali, maka  sakelar menerima keadaan off sehingga memutuskan arus yang menyebabkan buzzer mati.


4.2 Hasil Uji Alat

     Alarm Lemari Es ini diuji pada pintu laci meja belajar dan apabila diuji pada lemari es maka hasilnya akan sama, yang terpenting dalam uji coba ini adalah membuat agar cahaya yang masuk bisa mengenai LDR dan apabila benda itu ditutup membuat cahaya tidak masuk yang menyebabkan LDR tidak menghantarkan arus. Sebagai catatan bahwa alat ini memerlukan sakelar yang menutup ketika pintu dibuka, tetapi alat ini juga bisa memakai switch On / Off .

BAB V
PENUTUP

    Setelah penulis mebahas bab demi bab yang telah diuraikan sebelumnya baik secara teori maupun langkah-langkah didalam membangun alat tersebut dan juga uji coba alat maupun analisa kehandalan sistem, maka pada bagian penutup penulis akan memberi kesimpulan serta saran yang perlu disampaikan kepada para pengguna Alarm Lemari Es agar alat yang digunakan dapat berfungsi dengan baik demi terciptanya suatu alat yang lebih baik dari yang telah penulis buat.

5.1. Kesimpulan

    Dipandang dari sistematika gambar rangkaian. Rangkaian ini menggunakan dua hambatan atau pengatur resistansinya yaitu : LDR dan sakelar mikro. Walaupun kita menggunakan LDR, rangkaian akan bekerja sama seperti kita menggunakan sakelar mikro. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka potensiometer sebagai pengatur input diatur nilai resistansinya antara nilai yang tertera pada potensiometer itu sendiri. Agar rangkaian akan lebih sensitif, apabila LDR terkena cahaya. Pengaturan pada volume pun perlu diatur agar mengeluarkan suara yang keras, dengan tujuan agar dapat terdengar dengan jelas. Setiap rangkaian yang dibuat pastilah memiliki output dan output yang dihasilkan pada rangkaian ini adalah bunyi yang dihasilkan oleh buzzer yang terjadi karena adanya penguatan keluaran dari gerbang N4 (kaki 11) pada IC CMOS 4093. Kekurangan dari alat yang dibuat oleh penulis adalah bahwa alat tersebut menggunakan switch On / Off, sehingga alat ini butuh penambahan alat agar bisa digunakan pada lemari es.

5.2. Saran

     Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka sebagai penutup dari makalah ini, dibawah ini penulis memberikan saran-saran yang sekiranya berguna untuk membantu mahasiswa dan semua orang yang memerlukan kegunaan dari Alarm Lemari Es ini.
Dalam pembuatan suatu alat elektronika tidak selalu memuaskan bagi setiap penggunanya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna penulis menyampaikan beberapa saran penting yang perlu diperhatikan.
• Untuk membuat jalur pada PCB, pastikan jalur-jalur terhubung semua. Dan tidak ada yang saling bersentuhan, dianjurkan menggunakan spidol permanen 0,1
• Gunakan buzzer yang memiliki tegangan yang lebih tinggi agar mengeluarkan output suara yang tinggi.
• Sebaiknya alat ini jangan diberikan nilai yang bukan sebenarnya dari nilai yang tertera pada rangkaian Alarm Lemari Es, karena ditakutkan tidak akan tercapai output yang dihasilkan.
• Gunakan soket untuk peletakkan IC agar tidak mudah patah, pada saat kita memasang pada PCB.
• Gunakan IC CMOS 4093 sebagai komponen terpenting yang dipakai dalam rangkaian Alarm Lemari Es ini.
• Apabila kita memerlukan sensitifitas rangkaian yang lebih cepat pada saat mulai bekerja, maka komponen pada rangkaian, harus ada yang diturunkan agar nilai resistansinya lebih kecil, dan rangkaian dapat bekerka dalam beberapa detik.

       Pemilihan komponen serta penyusun juga perlu memperhatikan kesesuaian dengan komponen lain, agar dihasilkan output yang diinginkan. Karena ketidaktepatan pemilihan komponen terkadang membuat keluaran tidak tepat juga. Agar rangkaian dapat bekerja secara maksimal, selain alat maka kondisi dari alat yang digunakan juga perlu, agar menghindari kondisi komponen yang rusak akibat pemasangan dan panas yang ditimbulkan oleh panas pada saat penyolderan. Kondisi komponen yang rusak menyebabkan rangkaian tidak bekerja secara maksimal, satu komponen yang mengalami kerusakan akan menyebabkan komponen yang lainnya juga mengalami hal yang sama, dengan cara lain kita harus menyediakan komponen cadangan.
       Demikianlah sekiranya kesimpulan dan saran, yang diberikan agar dapat digunakan dalam menjadi sumber atau panduan dalam membuat Alarm Lemari Es.


  1. Dwihono, Rangkaian Logika (Surabaya: Penerbit Indah, 1996).
  2. Lab Praktikum Elektronika dan Komputer, Petunjuk Praktikum Pengantar Elektronika Dasar (Jakarta: Gunadarma, 1999).
  3. Malvino Hanapi Gunawan, Prinsip-Prinsip Elektronika (Jakarta: Kedua Erlangga, 1996).
  4. Wasito S,  Data Sheet Book 1, (Jakarta: penerbit PT.Elex Media Komputindo Gramedia, 1992).


Nama : Nur Mawardi Juli Kemis
NPM  : 25110136
Kelas  : 3KB04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar